Ngobrol Keseteraan Gender di Jakarta Model United Nations 2018

4:20 PM


Keseteraan gender menjadi isu yang diangkat dalam talkshow pada penutupan ajang simulasi sidang PBB, Jakarta Model United Nations 2018. Motivator Pemuda, Dr. Vivid F. Argarini menjadi moderator diskusi yang diikuti pemuda dari berbagai SMA dan kampus ini.


Jakarta MUN 2018 diselenggarakan Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS) bekerja sama dengan United Nations Informations Centre pada Kamis-Minggu (9-12/08/2018) di Universitas Pertamina. Selama tiga hari, anak-anak muda beraksi menjadi delegasi negara-negara dalam forum PBB, dan melakukan simulasi layaknya betul-betul bersidang. 


Pada hari ke empat, digelar closing ceremony di Gedung Perpustakaan Nasional yang sekaligus merayakan International Youth Day yang diperingati seluruh pemuda dunia tiap 12 Agustus. Turut hadir perwakilan dari United Nations Office on Drugs and Crime, Collie F. Brown, dan perwakilan United Nations Information Centre Jakarta, Eshila Maravanyika.



Dr. Vivid memandu talkshow dengan berbahasa Inggris, bersama narasumber para pemuda yang telah berbuat nyata untuk sekitar melalui komunitasnya. Ada Agrita Widiasari dari Sinergi Muda, Diovio Alfath dari Sandya Institute, Claudia Nastasha dari Abang None Jakarta, serta Rizky Ashar dan Ilma dari 2030 Youth Force. Diskusi ini mengangkat tema “How Youth Can Increase the World’s Human Potentials by Eradicating Gender Bias and Discrimination”. 


"Keseteraan gender bukan hanya soal perempuan, tapi juga bagaimana kita memberikan hak yang sama untuk para penyandang disabilitas," seru Rizky Ashar, yang melalui 2030 Youth Force mengajak pemuda untuk aware pada Sustainable Development Goals. 2030 Youth Force mengumpulkan 19 pemuda dari Asia Pasifik pada 2016, yang diinisiasi UN Volunteers dan United Nations Development Programme.



Memperjuangkan keseteraan gender bukan hanya perlu dilakukan perempuan, tapi juga laki-laki, menurut Claudia, None Jakarta Barat 2018. Ia menceritakan bagaimana organisasi Abang None Jakarta selalu memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dalam segala hal.


Dr. Vivid menekankan, isu kesetaraan gender perlu dipahami tak hanya oleh kalangan pemuda, tetapi juga pendidik. "Apakah ada guru di antara audiens?" seru Kak Vivid. Ternyata ada seorang ibu guru yang mendampingi murid-muridnya menghadiri acara ini.

Dimeriahkan penampilan tari Abang None Jakarta
"Anak muda perlu speak up tentang keseteraan gender. Tidak hanya melalui social media, tetapi di keseharian pun ketika melihat ada diskriminasi, kita harus berani bicara," pesan Diovio Alfath, Founder Sandya Institute. Diovio adalah peraih penghargaan Emerging Young Leaders dari Departemen Luar Negeri AS pada Mei lalu. Bersama organisasinya, ia membuka Sunrise Refugee Learning Centre yang memberi pendidikan bagi pengungsi dari Afrika Utara, Timur Tengah dan Myanmar. 

(ki-ka) President ISAFIS, Nadia Caroline; Motivator Pemuda. Dr. Vivid F. Argarini; Acting UNIC Director, Eshila Maravanyika; dan Sekjen JMUN, Naufal Musri

Bagaimana pemuda dapat membuat perubahan untuk sekitar juga dipaparkan Agrita Widiasari, Co-Founder Sinergi Muda. Ia menceritakan, berawal dari menyelenggarakan Indonesia Youth Conference pada 2010, para pemuda yang terlibat kegiatan ini kemudian merasa memerlukan wadah untuk mendorong potensi pemuda. Sinergi Muda didirikan pada 2012 dan hingga kini menaungi banyak kegiatan kepemudaan. 

Penampilan musik angklung Universitas Pertamina memukau
Sebelum talkshow selesai, Dr. Vivid mengingatkan bahwa peserta dapat bertanya lebih dalam kepada narasumber secara langsung melalui media sosial. "Juga jika ingin bergabung dengan komunitas para narasumber atau pun menjadi volunteer," kata Dosen Kalbis Institute dan Universitas Bakrie ini.

Bersama narasumber, perwakilan JMUN, ISAFIS, UNIC, UNODC, dan Universitas Pertamina

You Might Also Like

0 comments