Lautan Kehidupan dari Film TOBA DREAMS

5:04 PM

by Dyah Kalsit

Menonton adalah agenda rutin kami berdua hampir setiap minggu. Saya dan sahabat saya Vivid F. Argarini, sang truly engage motivator. Why do we like watching movies? Jawab sang motivator,  “For entertaintment and to learn. Lots of times movies teach us good morals or make us feel happier and inspire.”  Ya, menikmati film dengan berbagai macam genre bisa memberikan ilmu dan renungan kehidupan karena banyak yang berikan pesan moral. Film adalah sebuah jendela untuk melihat dunia luar tanpa kita harus berlari menghampirinya. Bukan sekedar untuk refreshing. Tapi juga untuk menambah wawasan. Setiap film, kami diskusikan semua aspek film yang ada.


Dan hari ini saya dan sahabat saya Vivid F. Argarini sang kandidat doctor di bidang pendidikan hanyut dalam sebuah film yang sangat bagus, Toba Dreams. Film yang diangkat dari novel Toba Dreams karya Tebe Silalahi ini digarap sangat apik dan kami beri predikat sebagai tontonan yang sarat hikmah. Didukung Mathias Muchus, Jajang C Noor, Vino Bastian dan Marsha Timothy, film berdurasi dua setengah jam ini sangat nyaman untuk ditonton. Sersan Tebe, yang diperankan oleh aktor kawakan Mathias Muchus yang harus menghadapi realita hidup susah setelah pensiun. Usai pensiun, Tebe tidak punya pilihan lain selain memboyong ketiga anak dan istrinya kembali ke kampung halamannya di Balige. Usai menonton film ini, saya terpekur memikirkan sejenak tentang hidup ini. Dan kata sahabat saya Vivid Argarini, motivator yang selama ini sangat peduli dalam dunia  pendidikan, parenting, dan dunia remaja, banyak yang bisa diambil dari film Toba Dreams. Yang terkuat, Love story and father to son conflict.

Seusai menunaikan masa baktinya sebagai prajurit TNI-AD, Sersan T.B./Tebe memilih melanjutkan perjuangan ke daerah kelahirannya di pinggiran Danau Toba, Sumatera Utara. Selagi istrinya dan dua putra putrinya Sumurung– Taruli mau tak mau menyetujui kepindahan ini, putra sulung Tebe, Ronggur  menolak mentah-mentah. Ideologi yang berbeda, apalagi hubungan yang tengah dijalin Ronggur dengan Andini tanpa restu orangtua Andini dan di atas semua, keinginan Ronggur untuk bisa mengubah nasibnya, membuat konflik di antara ayah otoriter dan anak pemberontak ini. Ronggur yang tak betah berlama-lama tinggal di rumah neneknya di kampung lalu  kabur ke Jakarta untuk meraih mimpinya. Dan akhirnya cinta dan demi harga diri membuat manusia jadi lupa segalanya dan lakukan apapun. 

Demi bisa bahagiakan Andini dan buktikan pada ayahnya dan ayah Andini yang ingin menantu mapan, Ronggur terlibat dalam bisnis narkoba. Ronggur bergelimang harta. namun ini tidak membawa kebahagiaan bagi Andini. Apa yang Ronggur lakukan selain untuk buktikan dia bisa kaya juga karena cintanya pada Andini. Walau dengan cara yang salah dan menyakitkan. Sometimes love makes people forget themselves. Make people do things that hurt him. Make people become stupid. Make people happy. Make people sad. But that's the love without love, we do not know the meaning of love. Kadang cinta membuat orang lupa diri. Membuat orang melakukan hal yang menyakiti dirinya. membuat orang menjadi bodoh. Membuat orang bahagia. Membuat orang menangis. Tapi itulah cinta, tanpa cinta kita tidak tahu artinya cinta. Hanya saja, jangan kita jadi buta mata dan hati kita karena satu hal itu, cinta.

Melihat hubungan Sersan Tebe dan Ronggur dalam film Toba Dreams saat Ronggur marah pada ayahnya yang selalu meninggalkannya untuk bertugas, saya jadi ingat film The Godfather. Kisah kompleks tentang keluarga besar mavia di New York, Vito Corleone yang penuh dengan lika liku persaingan, pertikaian hingga dendam, namun juga memiliki sisi lain tentang pertalian keluarga, mendidik anak dan menjadi pria sejati. Michael, anak bungsu Vito yang sangat ia sayangi menentangnya dan bergabung dengan marinir selama Perang Dunia II. Cara pandang Vito dalam mendidik anak-anaknya, serta berbagai intrik keluarga yang terjadi sepanjang cerita, bisa diambil sisi positifnya dan dijadikan contoh atau pelajaran untuk menjadi ayah yang baik. Saat itu Don Vito Corleone pernah bertanya kepada Johnny Fontane, "You spend time with your family?” dan dijawab oleh Johnny, “Sure I do”. Vito berujar, “Good. 'Cause a man who doesn't spend time with his family can never be a real man.” Menjadi ayah berarti berusaha untuk luangkan waktunya untuk anak-anaknya. Ya, ayah yang baik tidak akan biarkan anaknya hidup tanpa perhatian dan bimbingannya. Sebab jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia akan belajar menemukan cinta dalam hidupnya. Sekali lagi, film memang bukan hanya sekedar hiburan. Tapi dari film kita bisa menggali banyak makna kehidupan. (Dyah kalsit).

You Might Also Like

0 comments